Rabu, 25 Februari 2009

Pemikiran Francis Bacon tentang idola-idola dan tunjukkan relevansinya

Pemikiran Francis Bacon tentang idola-idola dan tunjukkan relevansinya

Eddy Suranta

Salah satu gagasan yang termasyur dari Francis Bacon dalam Novum Organum adalah konsep Idola. Konsep ini dikemudian hari dianggap sebagai cikal bakal konsep “ideologi” dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Yang dimaksud dengan “idola” adalah rintangan-rintangan bagi kemajuan manusia sebagaimana tampak dalam kemandegan perkembangan masyarakat dan perilaku bodoh para individunya. Idola adalah unsur-unsur tradisi yang dipuja-puja seperti berhala. Idola ini merasuki juga pemikiran kita sehingga menghambat manusia berpikir kritis dan maju karena manusia terkekang pada idola/mitos. Manusia tidak bisa berpikir tentang perubahan.

Ada 4 macam idola.
Pertama: Idola Tribus=Bangsa, adalah semacam prasangka-prasangka yang dihasilkan oleh pesona atas keajekan-keajekan tatanan alamiah, sehingga orang tak sanggup memandang alam secara objektif. Perkecualian-perkecualian dianggap ajaib, mukjizat atau disingkirkan, tidak dipelajari. Idola macam ini menawan pikiran banyak orang banyak (tribus), menjadi semacam prasangka kolektif.
Kedua: Prasangka Individual atau Idola Cave. Dimaksudkan di sini bahwa pengalaman-pengalaman dan minat-minat pribadi kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia objektif dikaburkan.
Ketiga: Idola Fora (Forum=Pasar) adalah yang paling berbahaya. Yang diacu di sini adalah pendapat atau kata-kata orang yang diterima begitu saja sehingga mengarahkan keyakinan-keyakinan dan penilaian-penilaian kita yang tak teruji.
Keempat: idola theatra=panggung. Dengan konsep ini, Bacon mmeperlihatkan sistem-sistem filsafat tradisional adalah kenyataan subjektif para filsufnya. Sistem-sistem ini dipentaskan, lalu tamat, seperti sebuah teater

Relevansinya bahwa dari Idola ini, kita menyaksikan bagaimana Bacon mau membersihkan pengetahuan kita dari macam-macam prasangka yang menghambat kemajuan. Usaha macam ini jelas sejalan dengan cita-cita Renaisance, yakni: tak lain dari objektivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan tentang objek di luar diri pengamat itu dapa dicapai semaksimal mungkin. Idola bagaikan debu yang mengotori mata untuk melihat objek pada dirinya, maka harus dibersihkan. Organon baru itu dia anggap ampuh untuk membersihkan peralatan observasi kita.

Tidak ada komentar: