Jumat, 21 September 2012
KERANGKA BERPIKIR
KERANGKA BERPIKIR
EDDY SURANTA SEMBIRING
BAB I
PENDAHULUAN
Kerangka berpikir dan perumusan hipotesis merupakan hal penting dalam penelitian khususnya penelitian kuantitatif. Kerangka berpikir lahir dari teori. Perpaduan teori dan kerangka berpikir menghasilkan hipotesis.
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Sedangkan, hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara tas masalah yang dirumuskan.
Kerangka berpikir dan rumusan hipotesis akan dibahas dalam tulisan ini sebagai bagaian penting dari penelitian pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kerangka Berpikir
Uma Sekaran, 1992 dalam (Sugiyono 2009: 91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah penelitian (Rahma). Kerangka berpikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Suriasumantri (2001: 322) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berpikir yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Sugiyono (2009) menjelaskan proses penyusunan kerangka berpikir sebagai berikut:1) menetapkan variabel yang diteliti; 2) membaca buku dan hasil penelitian; 3) mendeskripsikan teori dan hasil penelitian; 4) analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian; 5) analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian; 6) sintesa kesimpulan; dan 7) kerangka berpikir.
Menurut Rohmahciri kerangka berpikir ini adalah sebagai berikut: dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, sekurang-kurangnya terdiri dari 3 paragraf, biasanya dimulai dengan kata diduga, tidak memuat teori lagi, mengarah pada rumusan masalah, dan sebaiknya sama banyak dengan rumusan hipotesis penelitian.
Lalu, bagaimana kita mengetahui bahwa kita telah memiliki kerangka berpikir? Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolok ukur yang paling mudah adalah apakah kita telah memiliki pemahaman yang paling mendasar tersebut atau apakah kita mengetahui pemahaman apa yang mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya.
Kerangka berpikir ini berguna untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam berargumen. Beberapa kesalahan itu adalah tidak konsisten, parsial, kadaluarsa, generalisasi, dan standar ganda.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
2.2. Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1. Pengertian Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif hipotesis tidak dirumuskan, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji dengan pendekatan kuantitatif.
2.2.2. Manfaat dan Karakteristik Hipotesis
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif karena tiga alasan utama yang merupakan manfaatnya: 1) Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. 2) Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar 3) Hipotesis alat untuk memajukan pengetahuan Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni: 1) hipotesis diturunkan dari suatu teori; 2) hipotesis dinyatakan dengan jelas; 3) hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara jelas; 4) hipotesis harus bebas nilai; 5) hipotesis harus dapat diuji; 6) hipotesis harus spesifik; 7) Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel.
Borg dan Gall 1979 dalam (Arikunto 2009: 50) merumuskan cirri hipotesis yang baik bila memenuhi empat kriteria berikut: 1) hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel; 2) hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritik; 3) hipotesis harus dapat diuji; 4) rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat.
2.2.3. Jenis dan Bentuk Hipotesis
Menurut Rahma, ada dua jenis hipotesis yaitu 1) hipotesis penelitian; dirumuskan secara naratif berdasarkan kerangka berpikir penelitian & landasan teori yang telah dipilih dan 2) hipotesis statistik; dirumuskan secara matematis dalam bentuk dua kalimat matematika.
Dalam satu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin memiliki hipotesis penelitian tetapi tidak memiliki hipotesis statistik. Hipotesis penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan, tanpa kata diduga, sudah mengarah (bagaimana bentuk perbedaan atau hubungan yang dipermasalahkan), dan banyaknya sesuai dengan kerangka berpikir dan rumusan masalah.
Sugiyono mengatakan bahwa hipotesis penelitian dan hipotesis statistik dapat dibagi dua. Hipotesis penelitian terbagi atas hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis statistik dibagi menjadi hipotesis kerja dan hipotesis alternatif.
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya maka bentuk rumusan penelitian ada tiga yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Karena itu bentuk hipotesis penelitian juga dapat dibagi tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda atau keadaan ini terjadi pada waktu yang berbeda. Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh Judul Penelitian, Paradigma, Rumusan Masalah, dan Hipotesis (Sugiyno 2009: 104-105)
Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid (gaya kepemimpinan adalah variabel independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel dependen (Y).
Paradigma Penelitian
X Y
Rumusan Masalah
1. Seberapa baik gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang ditampilkan? (bagaimana X)
2. Seberapa baik prestasi belajar siswa? (bagaimana Y)
3. Adakah hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar siswa? (Adakah hubungan antara X dan Y). butir ini merupakan rumusan masalah asosiatif.
Rumusan Hipotesis Penelitian
1. Gaya kepemimpinan yang ditampilkan Kepala Sekolah (X) ditampilkan kurang baik dan nilainya paling tinggi 60 % dari kriteria yang diharapkan
2. Prestasi belajar murid (Y) kurang memuaskan dan nilainya paling tinggi 65.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dengan prestasi belajar murid, artinya makin baik kepemimpinan Kepala Sekolah, maka makin baik prestasi belajar murid.
BAB III
PENUTUP
Bagian penutup ini merupakan kesimpulan yaitu:
1. Kerangka berpikir dan hipotesis penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian khususnya penelitian kuantitatif
2. Ada hubungan antara kerangka berpikir dan hipotesis. Hipotesis lahir dari teori dan kerangka berpikir.
3. Ada dua jenis hipotesis yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistic. Hipotesis penelitian terdiri atas hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipostesis statistic dibagi menjadi hipotesis kerja dan hipotesis alternative.
4. Hipotesis dibangun atas dasar rumusan masalah. Ada tiga hipotesis berdasarkan rumusan masalah yaitu: hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Suriasumatri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.
http://id.search.yahoo.com/search?p=metodologi+penelitian+siti+rohmah&fr=yff35-sfp&fr2=ond_moz_off&iscqry= (10 September 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)