Rabu, 20 Agustus 2008

nasib petani

Nasib Petani
Eddy Suranta

bulan juli lalu saya libur ke kampung, di Lawe Desky, Aceh Tenggara. lawe desky berada di dekat perbatasan tanah karo. selain ke lawe desky saya menyempatkan diri ke tanah karo. sungguh mengenaskan nasib para petani.

Benih Langka
jagung salah satu jenis tanaman yang menjadi andalan di kedua daerah tanah karo dan Aceh TEnggara (khususnya KEc. Babul Makmur dan Lawe sigala-gala. namun sangat mengenaskan karena serringkali benih jagung ini langka. "a pun uang, bibit jagung tidak ada,: komentar salah seorang petani. inilah salah satu persoalan besar. dengan alasan intensifikasi pertanian, beberapa waktu lalu banyak jenis tanaman tradisional hilang dari peredaran. pemertintah mengupayakan bibit unggul. namun usaha tersebut kini tampaknya menjadi bumerang. bibit yang diatakan unggul tersebut sulit diperoleh. bila sudah ada isu bibit langka maka harga di pasaran melonjak naik. hal ini tentu membebani petani. mereka tidak berdaya. harga benihibit tanaman sangat mahal, padahal ketika musim panen tiba harga tanaman mereka pasti turun.

Pupuk Langka
persoalan belum selesai dengan adanya benih/bibit jagung. ketika tanaman sudah berumu 3-4 minggu, maka jagung tersebut sangat membutuhkan pupuk. inilah bumerang kedua. tanah di kedua daerah tersebut sudah dimanjakan oleh pupuk kimia sehingga ketika tifak ada pupuk tersebut tanaman tidak bisa berhasil. saya heran mengapa pupuk tersebut bisa sulit didapatkan dan lagi-lagi kalau pun kemudian beberapa saat pupuk tersebut ada pastilah harganya sudah di atas harga yang ditetapkan pemerintah.
dan sangat mengejutkan karena pada saat yang sama saya mendengar dari seorang ABK yang kapalya sedang sandar di Dumai bahwa mereka sedang membongkar pupuk. pupuk tersebut adalah pupuk sriwijaya yang merupakan pupuk yang beredar di kalangan petani. ada apa di balik semua ini?

Harga tanaman murah
persoalan lain muncul ketika musim panen tiba. harga jagung dan tanaman lain seringkali turun bila musim panen tiba. alasan para pedagang adalah sekarang musim panen. apakah ini tipuan pedagang atau pemerintah tidak bisa mengontrol harga. inilah saat yang paling menyakitkan ketika panen tidak memberi kegembiraan tapi kesedihan karena kerugian siap mengancam. khusus harga produk pertanian dari Aceh Tenggara, seringkali sangatr memilukan. karena kondisi jalan yang buruk antara Tiga Binagan-Lau Pakam, harga tanaman mereka lebih murah sekitar Rp 200-400 dengan harga tanaman di Tiga binanga.

satu catatan kritis
negara kita adalah negara pertanian/agraris. suatu negara agraris sudah semestinyalah memberi perhatian khusus terhadap pertanian. namun hal ini tidak terjadi. pertanian kita benar-benar tidak mendapat perhatian yang serius. banyak kebijakan yang tidak memihak para petani. langakanya benih/bibit dan pupuk serta harga tanaman yang murah membuat nasib petani sangat mengenaskan.

Tidak Berpihak kamu kecil
sekarang petani benar-benar tidak berdaya. para pemilik modal sudah menciptakan kebutuhan para petani ini. kita lihat persoalan benih. kerja sama pemilik modal dan pemerintah membuat melambungnya popularitas bibit unggul, sedangkan bibit tradisional hilang. dengan hilangnya jenis benih/bibit tradisional petani mau tidak mau harus membeli bibit/benih unggul. petani sekarang mempunyai ketergantungan terhadap bibit unggul. makanya ketika bibit/benih tersaebut tidak ada petani hanya bisa menjerit karena pada saat yang sama bibit tradisional sudah hilang.

Tidak ada komentar: