4 prinsip dasar etika
Eddy Suranta
1. Prinsip kehendak baik
prinsip ini merupakan prinsip yang paling dasariah. tindakan dikatakan tindakan yang etis apabila dimulai dari kehendak yang baik. kehendak baik bermuara dari hati. sifatnya batiniah tapi menjadi muara dari tindakan yang baik.
2. Prinsip tidak melakukan yang jahat
sering kita mendengar ungkapan "kalau tidak mampu memperbaiki jangan merusak." artinya kalau kita belum mampu melakukan kebaikan terhadap orang lain setidaknya kita jangan melakukan yang buruk terhadap orang lain. prinsip ini mengatakan bahwa kita jangan melakukan suatu keburukan pada orang lain.
3. Prinsip melakukan yang baik
lebih dari tidak melakukan yang jahat adalah melakukan yang baik. sifat prinsip ini sudah lebih positif dari prinsip nomor dua. melakukan kebaikan menjadi satu wujud konkrit tindakan moral.
4. Prinsip melakukan keadilan
ketiga prisnsip tersebut harus didukung oleh prinsip keempat ini yakni tindakan yang berkeadilan. ketiga prinsip di atas tidak cukup karena dalam praktiknya nanti justeru bisa merugikan manusia lain ketika satu tindakan hanya didasari ketiga prinsip di atas.
Rabu, 26 Maret 2008
Sabtu, 22 Maret 2008
pertanyaan-pertanyaan seputar filsafat

Pertanyaan-pertanyaan Filsafat
Eddy Suranta
1. Apakah filsafat hanya berkaitan dengan hal-hal abstrak yang tidak mengena pada masalah-masalah kehidupan konkrit? Mengapa?
Jawab.
Pernahkah Anda mendengar istilah modern, posmodern? Rasanya term tersebut sudah akrab di telinga kita. Bahkan karena akrabnya, kita dengan gampang mengatakan zaman modern. Pernahkah anda membayangkan bahwa term zaman modern adalah produk dari para pemikir yang dalam istilah teknisnya produk para filsuf, si ahli filsafat.
Dahulu, sebelum ilmu kedokteran maju seperti sekarang yang sudah punya berbagai jenis spesialisasi dalam bidang kedokteran, para ahli filsafat sudah berpikir tentang manusia. Mereka memikirkan dan merenungkan tentang banyak hal dari manusia, termasuk berpikir tentang tubuh manusia dan tentu saja hakekat manusia.
Kembali ke pertanyaan anda. Apakah filsafat hanya berkaitan dengan hal-hal abstrak. Dua paragraf di atas memberi gambaran bahwa filsafat bukan hanya berkaitan dengan hal-hal abstrak. Alasannya karena objek materi, atau bidang pembahasan filsafat adalah semua yang ada di dunia. Apa artinya semua yang ada. Jelas “yang ada” merujuk pada apa yang ada di dunia (dan alam semesta).
Mari kita lihat contoh konkrit berikut ini yaitu manusia. Ketika psikolog mempelajari manusia maka ia akan mempelajari kejiwaan manusia, ahli sosiologi mempelajari interaksi dan dinamika manusia, seorang dokter akan mempelajari tubuh manusia dalam hubungannya dengan kesehatan, dan seorang ahli filsafat akan mempelajari/mencari makna terdalam dari manusia itu. Objek matreial/bahan pelajarannya manusia tapi cara mempelajari (istilah teknisnya objek formal/paradigma) berbeda antara seorang psikolog, ekonom, dokter dan filsuf. Jadi fungsi pertama filsafat adalah mencari makna terdalam dari sesuatu yang ada di dunia.
Fungsi kedua adalah sebagai perintis. Anda pernah dengar kan bahwa filsafat itu adalah induk dari segala ilmu. Mengapa dikatakan demikian? Sebelum ada spesialisasi ilmu seperti sekarang yang ada hanyalah filsafat. Filsafat mempelajari semua yang ada di dunia. Kita lihat contoh berikut: sebelum ilmu luar angkasa berkembang yang ada hanyalah para ahli filsafat alam (filsafat alam=kosmologi). Mereka memikirkan apakah alam semesta ini, apakah bumi pusat alam semesta, apa asal mula alam, apakah bintang itu. Lalu muncullah ilmu astronomi.
Setelah penjelasan panjang yang mungkin menambah kebingunganndu baiklah aku jawab pertanyaandu secara singkat. Filsafat tidak hanya berkaitan dengan hal-hal abstrak karena filsafat mempelajari apa yang ada secara konkrit dialami manusia. Hanya saja filsafat mencari makna terdalam dari realitas itu. Filsafat mempelajari manusia, masyarakat, politik, moral maka muncul filsafat manusia, filsafat sosial, filsafat politik, dan filsafat moral. Apakah manusia itu abstrak, politik itu abstrak san masyarakat itu abstrak?
2. Bisakah berbicara tentang Allah secara rasional dan dalam bahasa model apakah kita berbicara tentang-Nya?
Jawab.
Bisa. Dengan analogi entis. Bahasa modelnya adalah Analogi entis artinya sesuatu hal dijadikan sebagai perbandingan untuk hal lain. Contoh, dalam kitab suci ada dikatakan 1) Allah adalah gunung batuku, 2) Allah adalah gembalaku, 3) Allah adalah penolongku. Ketika si pemazmur mengatakan Allah adalah gembalaku, bukan berarti secara nyata Allah itu gembala tetapi dia “seperti” gembala bagi si pemazmur. Ia menganggap Allah itu seperti gembala yang memberi di kehidupan dan perlindungan. Jadi, dengan analogi entis ini, si pemazmur membandingkan Allah dengan gembala yang ia kena dalam hidup konkrit. Dengan membandingkan berarti tidak semua sama. Unsur yang sama itu membuat ia merasa bahwa Allah adalah gembala.
Tomas Aquinas memberi pengertian yang penting dalam kaitannya dengan analogia entis. Menurutnya, analogia entis memungkinkan manusia dapat memiliki pengertian-pengertian yang seimbang tentang Allah dengan berangkat dari realitas ada (segala realitas di dunia).
Tomas Aquinas terkenal dengan pemikirannya yang membuktikan adanya Allah lewat lima jalan. Thomas Aquinas berusaha membuktikan pada manusia bahwa Allah sungguh ada. Ia membuktikan adanya Allah melalui pengalaman-pengalaman yang sungguh ada dan dialami oleh manusia secara langsung. Ini murni berdasarkan penalaran akal budi. Kelima jalan itu adalah:
1. Bukti dari gerak yang ada di dunia jasmani ini
Sebagaimana suatu sebab dapat diketahui paling tidak sebagian melalui akibatnya, demikian pula Kausa Pertama alam semesta dapat diketahui melalui tatanan ciptaan. Setiap gerak di alam selalu memiliki sebab. Segala sesuatu yang bergerak pasti harus digerakkan oleh sesuatu yang lain. Hal ini juga berlaku untuk hal-hal yang menggerakkan dirinya sendiri, karena "hal yang menggerakkan dirinya sendiri" itu pun memiliki sebabnya. Artinya, ia digerakkan oleh sebabnya itu. Gerak dan menggerakkan itu tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tak terhingga. Harus ada penggerak pertama. Penyebab atau penggerak pertama itu adalah Allah.
2. Bukti dari tertib sebab-sebab yang berdayaguna
Di dalam dunia yang diamati ini, tidak pernah ada sesuatu yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Karena seandainya hal itu ada, hal yang menghasilkan dirinya sendiri itu tentu harus mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin. Oleh karena itu, semua sebab yang berdayaguna menghasilkan sesuatu yang lain. Mengingat bahwa sebab yang berdayaguna itu juga tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya, kesimpulannya harus ada sebab berdayaguna yang pertama. Sebab berdayaguna yang pertama itu adalah Allah.
3. Bukti dari keniscayaan segala sesuatu di dunia ini
Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat saja tidak ada. Jadi, pada saat ini juga bisa jadi tidak ada sesuatu. Padahal, apa yang tidak ada hanya dapat mulai berada jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada. Jika segala sesuatu yang di dunia ini hanya mewujudkan kemungkinan saja, "ada" yang terakhir harus mewujudkan suatu keharusan (keniscayaan). Hal yang mewujudkan sesuatu keniscayaan ini ini "ada-nya" dapat disebabkan oleh sesuatu yang lain atau memang berada sendiri. Seandainya ia disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Inilah Allah.
4. Bukti dari derajat-derajat dalam perwujudan nilai
Di dunia ini ada hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang adil, benar, dst. Untuk menentukan derajat kebaikan, keadilan, dst tersebut kita mengukurnya dengan memakai yang terbaik, yang paling adil, dst sebagai ukurannya. Jadi, adanya yang terbaik diharuskan oleh karena adanya yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik. Oleh karena itu harus ada sesuatu yang menjadi sebab dari segala yang baik, adil, benar, mulia, dst. Yang menyebabkan semua itu adalah Allah.
5. Bukti dari finalitas (keterarahan pada akhir dan tujuannya)
Di dunia ini segala sesuatu yang tidak berakal berbuat menuju kepada akhirnya. Ini tampak dari cara hal-hal tak berakal itu berbuat, yaitu selalu dengan cara yang sama untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi memang tidak secara kebetulanlah bahwa semua itu mencapai akhirnya. Mereka memang dibuat begitu. Yang tak berakal itu tidak mungkin bergerak menuju akhirnya jika tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah.
Kelima bukti tersebut dapat menunjukkan bahwa Allah itu ada, bahwa ada suatu Tokoh yang menyebabkan segala sesuatu dan yang berada karena diri-Nya sendiri.
Catatan! Para teolog dan ahli spiritual tentu kurang sepaham. Memang dari iman akan Allah bukan hanya menyentuh aspek rasional atau akal budi tapi juga perasaan. Tapi pertanyaan tadi sudah terjawab bahwa kita bisa berbicara tentang Allah secara rasional.
Jumat, 21 Maret 2008
utilitarianisme

UTILITARIANISME
Eddy Suranta
1. PENGERTIAN
Utilitarianisme adalah paham atau aliran dalam filsafat moral yang menenkankan prinsip manfaat atau kegunaan (the principle of utility) sebagai prinsip moral yang paling dasariah. Etika utilitarianisme menganggap bahwa sesuatu itu dapat dijadikan sebagai norma moral kalau sesuatu itu berguna. Kegunaan atau manfaat suatu tindakan menjadi ukuran normatif.
2. CIRI-CIRI UTILITARIANISME
1. Kritis.
Utilitarianime berpandangan bahwa kita tidak bisa begitu saja menerima norma moral yang ada. Utilitarianisme mempertanyakan norma itu. Sebagai contoh, seks sebelum nikah. Bagi penganut utilitarianisme, seks sebelum nikah itu belum tentu buruk. Harus dianalisis dulu apakah kegunaan seks pra nikah itu. Apakah akibat baik yang ditimbulkan seks pra nikah itu lebih besar daripada akibat buruknya. Kalau akibat baiknya lebih besar maka seks pra nikah itu bukan saja tidak dapat dilarang tetapi wajib dilakukan. Kalau akibat buruk seks pra nikah itu lebih besar maka seks pra nikah itu wajib dilarang.
2. Rasional.
Utilitarianisme tidak menerima saja norma moral yang ada. Ia mempertanyakan dan ini mengandaikan peran rasio. Utilitarianisme ini bersifat rasional karena ia mempertanyakan suatu tindkan apakah berguna atau tidak. Dalam kasus seks pra nikah tadi, utilitarianisme mempertanyakan sebab-sebab seks pra nikah dilarang.
3. Teleologis.
Utilitarianisme itu bersifat teleologis karena suatu tindakan itu dipandang baik dari tujuannya. Artinya suatu tindakan itu mempunyai tujuan dalam dirinya sehingga dapat dipandang baik.
4. Universalis.
Semboyan yang terkenal dari utilitarianisme adalah sesuatu itu dianggap baik kalau dia memberi kegunaaan yang besar bagi banyak orang. Hal ini sering dipakai dalam bidang politik dan negara. Contoh, di kota A akan dibangun jalan tol karena itu beberapa rumah akan kena gusur. Dengan alasan demi kepentingan yang lebih besar dan kepentingan orang banyak, pemerintah akan meminta mereka yang rumahnya kena gusur agar pindah. Tindakan menggusur ini dianggap benar karena penggusuran itu dilakukan demi kepentingan yang lebih besar dibandingka kepentingan mereka yang rumahnya digusur.
3. DUA MACAM TEORI UTILITARIANISME
1. Utilitarianisme Tindakan.
Suatu tindakan itu dianggap baik kalau tindakan itu membawa akibat yang menguntungkan.
2. Utilitarianisme Peraturan.
Teori ini merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itu dipandang baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.
4. TANGGAPAN KRITIS
1. Kesulitan Menentukan Nilai Suatu Akibat.
Mengikuti etika normatif utilitarianisme kita tentu tidak mudah menetukan mana akibat lebih baik (lebih berguna) dari beberapa tindakan. Dalam kehidupan kita kita seringkali berhadapan dengan berbagai pilihan. Contoh, pergi ke sekolah, mengunjungi anggota keluarga yang sakit, makan mie pangsit. Kita sulit menetukan mana lebih baik pergi ke sekolah atau mengunjungi keluarga yang sakit. Makan mie pangsit tentu membuat kita merasa kenyang apalagi bagi orang yang suka mie pangsit, tindakan makan mie pangsit tentu sangat berguna karena memberi kepuasan. Pergi ke sekolah akan membuat kita bisa pintar. Sekarang bagaimana mentukan akibat yang lebih baik dari tindakan tersebut? Inilah kelemahan pertama etika normatif utilitarianisme ini.
2. Bertentangan dengan Prinsip Keadilan
Kelemahan kedua dari teori utilitarianisme ini adalah teori ini bertentangan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, karena pembangunan jalan tol, pemerintah dengan mudah mengusir keluarga Sukribo. Alasan yang diberikan adalah membangun jalan tol lebih berguna daripada membiarkan rumah Pak Sukribo tidak dibongkar. Alasan ini tampaknya masuk akal. Akan tetapi alasan ini bertentangan dengan keadilan. Adalah tidak boleh mengorbankan manusia demi kepentingan manusia lain. Dengan prinsip utilitarianisme pemerintah gampang saja mengadakan penggusuran dengan alasan demi kepentingan umum. Di sini kemanusiaan orang yang digusur dikorbankan. Hal inilah yang bertentangan dengan prinsip keadilan yakni mengorbankan manusia.
Kamis, 20 Maret 2008
kebahagiaan
manusia mencapai kebahagiaan yang sejati kalau ia mengembangkan apa yang paling luhur dalam dirinya yakni akal budi.
unsur-unsur kebahagiaan menurut Aristoteles
1. unsur batiniah (yang menetukan)
1.1 kebijaksanaan
1.2 hidup berkeutamaan
1.3 Hidup senang
2. Unsur lahiriah (yang mendukung)
2.1 kekayaan
2.2 teman/sahaabt
2.3 nasib baik/keberuntungan
2.4 kesehatan.
unsur-unsur kebahagiaan menurut Aristoteles
1. unsur batiniah (yang menetukan)
1.1 kebijaksanaan
1.2 hidup berkeutamaan
1.3 Hidup senang
2. Unsur lahiriah (yang mendukung)
2.1 kekayaan
2.2 teman/sahaabt
2.3 nasib baik/keberuntungan
2.4 kesehatan.
Selasa, 18 Maret 2008
mahalnya harga maaf

mahalnya harga maaf
Eddy Suranta
Setelah terpilih menjadi presiden australia, KEvin Rudd memnuhi janjinya untuk meminta maaf kepada suku aborigin, penduduk asli negeri itu yang mengalami banyak penderitaan di masa lampau. dengan terbuka dan rendah hati atas nama pribadi, pemerintah dan negara, Rudd meminta maaf atas dosa-dosa masa lalu kepada para aborogin. suatu langkah yang maju dalam sejarah kemanusiaan. keputusan itu tidaklah mudah dan bukannya tidak mendapat tantangan dan sindiran. sekian lama dan sudah berapa Perdana Menteri yang memimpin Australi tapi baru sekarang seorang kepala pemerintahan meminta maaf. ia bahkan dicibir para pendahulunya. dan mantan perdanan menteri itu tidak mau menghadiri acara tersebut.
Terlepas dari suka atau tidak suka terhadap australia, Rudd telah membuka langkah maju dan membuka mata kita betapa pemimpin negara bisa keliru. pemerintah bisa berbuat salah terhadap rakyatnya. pemerintah yang juga manusia mesti sadar dan terbuka mengakui semua itu.
sejarah Indonesia merupakan sejarah panjang. sebelum kemerdekaan banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi. dan atas kompromi para pendiri bangsa jadilah negara Indonesia. sesudah kemerdekaan, berbagai persoalan muncul. salah satu persoalan itu adalah adanya ketidakpuasan daerah-daerah atas pemerintah pusat. selain itu ada kekecewaan kelompok masyarakat terhadap pemerintah. sebut saja daerah Sumatera TImur, Aceh, Papua, dan Timor-Timur. untuk yang terakhir, daerah ini telah merdeka. Aceh untuk sementara ini kembali dalam situasi tenang menyusul kekepakatan damai dengan catatan khsusus atau otonomi khusus. papua meski sudah mendapat otonomi yang luas masih tetap bergejolak. kasus Tanjung Priok dan Tri Sakti adalah contoh lain dari kekecewaan masyrakat terhadap pemerintah.
dan tidak dapat dipungkiri setiap peristiwa dan kejadian di daerah dan di tempat ini banyak manusia yang menjadi korban. selain itu sebut juga kasus Gerakan tiga puluh september dan akibat lanjutannya yang mengakibatkan hampir setengah juta manusia indonesia menjadi korban. mereka itu adalah manusia, persisnya manusia indonesia.
dan atas semua itu tidak ada yang bertanggung jawab, tidak ada yang meminta maaf. sungguh maaf di negeri ini sungguh mahal. demi kepuasan dan aturan yang berasal dari mana nyawa bisa melayang. sungguh ironis, bangsa kita yag dikenal ramah ternyata menyimpan banyak kekejaman. sungguh tidak terlihat sedikit pun rasa penyesalan di hati para pemimpin melihat banyak korban itu. dengan dalih kesatuan negara mereka dengan semena-mena menangkap, menyiksa dan membunuh orang. dan semuanya itu misterius sama seperti kasus penembakan misterius di dekade 70-an yang tidak pernah jelas. sungguh harga sebuah maaf terlalu mahal.
bila maaf ini sungguh mahal maka akan banyak dendan dan ketidakpuasan yang tersimpan. ia beranak pinak dan akan siap meledak sewaktu-waktu. kita butuh rekonsiliasi dan ini harus dimulai oleh mereka yang memimpin negara ini. mereka mesti menjadi inspirator dan motivator rekonsiliasi itu. maaf adalah satu langkah awal yang sangat menentukan dalam membangun kembali bangsa ini. bangsa kita yang majemuk ini sangat membutuhkan maaf ini. maaf akan menjadi matera yang indah mewujudkan indonesia yang bermartabat. maaf janganlah menjdai barang mahal seperti mahalnya haraga kebutuhan poko......k.
Senin, 17 Maret 2008
aku dan lumpur lapindo

lumpur lapindo
Eddy Suranta
Bulan Juli 2006, kurang lebih dua bulan setelah semburan pertama muncul. aku pertama kali melintas di dekat lumpur lapindo. waktu itu semburan masih kecil dan lahan yang digenangi lumpur masih hitungan hektar, jalan tol masih bisa digunakan.
Beberapa bulan kemudian aku dari Malang menuju Surabaya. Jalan Tol sudah ditinggikan, daerah sekitar semburan sudah dibuat kolam. tidak lama kemudian Jalan Tol yang sebelumnya melewati daerah semburan ditutup untuk selamanya. pernah juga rombongan kami singgah di situ yang dijadikan tempat wisata. masuk bayar Rp. 2000,- ke dekat sumber semburan bayar Rp 10000 naik ojek, parkir mobil Rp. 5000. ada juga yang menjual VCD seputar lapindo. karena iba aku membelinya meski uang di kantongku sudah menipis. makluk mahasiswa. selanjutnya aku berkali-kali ke Surabaya. semakin hari, tembok kolam semburan lapindi makin tinggi. rumah-rumah sudah banyak yang hilang, lintasan kereta api berkali-kali harus diperbaiki. setiap hujan turun kecemasan-demi kecemasan muncul.
pernah, satu kali kami mau ke surabaya. dari berbagai berita media cetak dan elektronik kami dengar bahwa jalan malang-surabaya tidak bisa dilalui. kami menunda keberangkatan dan acara di surabaya dibatalkan.
sekarang setiap mau ke Surabaya dan sebaliknya, pikiran pertama yang muncul adalah Mbak Lusi alias Lumpur Sidoarjo. pusing................
dan setiap kali aku lewat ada berbagai pertanyaan muncul........dan aku tidak menemukan jawaban....aku juga bingung harus tanya ke mana.
setiap kali kulihat tembok yang makin tinggi aku bertanya dalam hati: Sampai Kapan?
akhirnya untuk saat ini aku membayangkan ribuan wajah kuyu, tak berdaya, memelas, menahan amarah, menanggung beban berat, wajah bayi-bayi tak tak bersalah namun harus menahan semua derita itu. seorang ibu muda dan bayinya terduduk lesu dengan tatapan kosong. di pinggir jalan seorang bapak tua memandangi bekas rumahnya yang tinggal tembok. ia meratapi, betul sungguh meratap.
setiap kali aku lewat, kulihat tembok itu makin tinggi yang katanya sudah memindahkan beberapa bukit....aku hanya bisa terdiam...kelu...
dan aku katakan, aku yang tidak menanggung beban langsung sungguh merasa teriris dan terluka.....aku merasa tak sanggup mendengar ratapan mereka yang menajdi korban lapindo. makin tak sanggup ketika penderitaan dan ratapan mereka tertahan tembok-tembok kekuasaan dan kekayaan segelintir orang, sedangkan tembok-tembok di kolam lapindo siap mengancam.....
setiap kali aku lewat...................
lewattttttttt.....
Minggu, 16 Maret 2008
Otonomi Daerah sebagai Peluang Menuju Otonomi Manusia

Otonomi Daerah sebagai Peluang Menuju Otonomi Manusia
Eddy Suranta S.
Beberapa waktu lalu di milis Komunitas Karo hangat dibicarakan mengenai pembentukan pemerintahan baru di Brastagi. Pembentukan pemerintahan kota merupakan suatu usaha untuk memisahkan diri dari kabupatn karo. Ada berbagai tanggapan yang muncul. Ada yang setuju dan ada yang menolak.
Rencana pembentukan Pemkot Brastagi merupakan satu efek dari euphoria otonomi daerah yang digulirkan sejak runtuhnya pemerintahan Soeharto. Kita bias melihat banyak wilayah/daerah berlomba-lomba membentuk pemerintahan sendiri, baik kabupten maupun kota.
Saya tidak ingin masuk dalam polemik yang beredar saat ini antara pro dan kontra. Saya hanya ingin menggugah kita melihat sejauh mana hakikat OTDA dari sudut pandang yang berbeda dari apa yang dipersoalkan selama in yakni seputar KEKUASAAN.
Otonomi Daerah: Otonomi Manusia dan Peran Budaya Lokal.
Pembicaraan tentang otonomi daerah di Indonesia sebenarnya sudah setua negara ini sendiri. Sejak awal disadari bahwa keanekaragaman budaya dan kemajeukan alam menuntut penyelenggaraan negara yang desentralistis . Namun pembicaraan mengenai desentralisasi ini mulai menghangat sejak jatuhnya pemerintahan Soeharto.
Hal tentu mengundang keheranan karena sejak awal keanekaragaman itu sudah ada, namun yang dibuat adalah sentralisasi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, bahkan pembangunan. Penyebab munculnya sentralisasi ini adalah adanya pemahaman yang kurang tepat terhadap persatuan dan nasionalisme. Terjadilah penyeragaman (uniformitas) hampir di segala bidang kehidupan. Keanekaragaman dan kemajemukan dipandang secara negatif sehingga selalu dicari persamaan dan pada saat yang sama perbedaan diabaikan. Dalam konsep seperti ini muncullah kelompok yang dominan dan berpotensi menekan yang kelompok yang lebih kecil. Karena itu kita tidak heran setelah pemerintahan otoriter tumbang rakyat jatuh pada euforia kebebasan yang tak terkendali. Orang pun ramai-ramai meminta otonomi yang dipahami dengan kebebasan “yang tak terbatas.”
Kembali ke otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan sesuatu yang netral dan bahkan positif. Persolannya adalah ketika ada kelompok tertentu demi kekuasaan menunggangi otonomi daerah demi kepentinggannya menggapai kekusaan itu. Ia atau kelompok ini mengumbar banyak mimpi-mimpi kepada masyarakat. Dengan propaganda yang hebat dan jargon kebebasan mengatur daerah sendiri maka terbuailah masyarakat akan janji itu.
Karena itu bila kita berbicara mengenai otonomi daerah perlu diperhatikan dua hal berikut yakni: 1) manusia menjadi subjek yang otonom dan 2) peran budaya lokal otonomi daerah.
1. Manusia Menjadi Subjek yang Otonomi Daerah
Manusia menjadi subjek yang otonomi mengandaikan masyarakat mengerti bahwa pertama-tama merekalah yang dimaksudkan menjadi otonom dalam pembentukan otonomi daerah. manusia otonom adalah manusia yang mengerti akan hak dan kewajibannya. Setidaknya mereka mengerti bahwa hak mendasar mereka adalah hak untuk hidup, jauh dari segala bentuk ancaman dan intimidasi termasuk dari para penguasa. Mengerti kewajiban merujuk pada tanggung jawab mereka dalam kehidupan bersama.
Manusia menjadi subjek otonomi daerah mengacu pada semua manusia. Otonomi manusia ini tidak dapat diwakilkan kepada para pejabat atau penguasa. Mereka memang punya peran khusus, tapi mereka tidak pernah bisa mewakili otonomitas seluruh rakyat di daerah itu. Akan menjadi fatal kalau otonomitas manusia in direduksi oleh beberapa orang yang menamakn diri pejabat pemerintahan. Mereka tidak akan pernah mampu untuk mewakili keotonoman manusia di daerahnya karena keotonoman itu hak setiap orang.
Untuk mencapai keotonoman manusia ini perlu langkah-langkah yang baik. Masyarakat harus dipersiapkan menuju otonomi daerah. pendidikan adalah jawabanya. Manusia (baca: masyarakat) harus diberi pendidikan yang memampukan mereka menyadari keotonomannya. Mereka adalah subje-subjek otonomi daerah. mereka bukanlah objek otonomi daerah itu.
2. Peran Budaya Lokal dalam Otonomi Daerah
Sejak lama di negara kita, ada indikasi untuk membangun suatu budaya nasional. Hal ini tentu baik. Tapi persoalannya adalah ketika budaya nasional itu hanya diangkat begitu saja dari budaya lokal. Atau dengan menampilkan satu budaya lokal lalu dianggaplah itu sebagai budaya nasional. Dalam kerangka berpikr seperti ini, seringkali yang muncul adalah chauvinisme, bukan budaya nasional. Dan akibat terburuk adalah munculnya satu budaya lokal sebagai simbol budaya nasional. Kemunculan satu budaya lokal sebagai simbol budaya nasional akan mengeksklusi budaya-budaya lokal lain. Karena itu tidak usah heran kalau banyak budaya lokal yang kehilangan hakekatnya.
Pembicaraan mengenai otonomi daerah mau tidak mau harus menyentuk pembicaraan mengenai budaya lokal. Budaya lokal di sini bukanlah sekedar apa yang tradisional dan menjadi kebiasaan. Budaya lokal adalah segala sesuatu yang mengandung kebijaksanaan atau kearifan dari daerah tersebut.
Dalam konteks ini, budaya lokal mendapat perhatian penting. Disamping, aspek sosial-politik, budaya lokal menjadi salah satu penggerak otonomi daerah karena terbukti bahwa seringkali budaya lokal dengan segala kearifannya mampu memberi jawaban bagi persoalan masyarakat. Bukan hanya itu budaya lokal juga menjadi pemersatu gerak langkah pembangunan suatu daerah.
Dalam menempatkan budaya lokal dalam otonomi daerah, kita membutuhkan sikap otonom. Sikap otonom adalah sikap kritis dan kreatif. Kita perlu mengamati secara kritis budaya kita dan mencari di sana kelompok masyarakat yang dipinggirkan. Dan pada saat yang sama kita diajak untuk menggali kekayaan lama dan menciptakan kemungkinan baru di dalam budaya kita berdasarkan gagasan otonomi daerah.
Suatu Catatan Kritis
Kalau kita berbicara mengenai otonomi daerah, katakanlah otonomi daerah untuk Brastagi, sudahkah Brastagi siap? Apakah masyarakat sudah siap? Bagaimana kesiapan budaya masyarakat di sana? Tanpa mengabaikan aspek ekonomi (kekayaan/sumber daya alam), seringkali kegagalan suatu daerah disebabkan ketidaksiapan masyarakat. Ketidaksiapan masyarakat di sini merujuk pada semua elemen-elemen yang ada di daerah itu, termasuk para pejabatnya. Masyarakat biasa tidak siap karena mereka belum sepenuhnya otonom, belum mengerti hak dan kewajiban. Sedangkan para pejabat belum siap karena mereka juga belumlah menjadi pribadi yang otonom, mereka belum bisa mengatur diri (otonom = kemampuan mengatur diri). Mereka masih dikendalikan oleh apa yang disebut dengan harta (kekayaan), gengsi (kesombongan dan pemaksaan kehendak) dan kekuasaan. Ketiga hal inilah yang seringkali mengatur para pejabat, bukan diri mereka sendiri dalam keberadaannya sebagai manusia yang berakal budi.
Langganan:
Postingan (Atom)