Pemikiran Leibniz tentang monadologi dan sumbangannya sistem monadologi
Eddy Suranta
Leibniz berpendapat ada banyak substansi. Substansi itu disebut monad (monos=satu; monad=satu unit). Ada yang terkecil dlam matematika yang disebut titik. Dalam fisiak yang terkecil itu atom. Dalam metafisika yang terkecil itu adalah monad. Kata terkecil hendaknya tidak dipahami sebagai ukuran, melainkan sebagai tidak berkeluasan, maka monad itu bukan benda. Monad-monad bukanlah kenyataan jasmaniah, melainkan kenytaaaan mental,yangterdiir daripersepsi fan hasrat. Leibniz membayangkan monad sebgai forces primitives daya puraba yang tidak material, melinkan spiritual. Dengan kata lain, yang ia maksud sebagai monad adalah kesadaran diri tertutup, sejajar dengan cogito tertutup Decartes. Dalam sebuah pernyataannya ynag kemudian termasyur, dia mengatakan sebagai berikut: Monad-monad tak memiliki jendela tempat tempat sesuatu biss keluar atu masuk. Karena itu, setiap monad memiliki sudut pandangnya sendiri dan sudut pandang ini melukiskan kenyataan yang melingkunginya. Di antara monad-monad tak ada interaksi, sebab masing-masing memrupakan kenyataan mental yang sudah cukup diri. Monad adalah sebuah system tertutup yang cukup diri. Setiap monad tak lain daripada cermin hidup alam semesta.
Penjelasan Leibniz bahwa monad-monad sudah cukup diri menimbulkan persoalan. Bagaimana aku mengetahui kenyataan di luar diriku? Jawaban Leibniz adalah sebagai berikut. Setiap monad memiliki sifat-sifat yang jumlahnya tak terhingga, sebab setiap monad mencerminkan seluruh alam semesta dari sudut pandangnya. Dengan kata lain, setiap monad mencerminkan semua monad lainnya. Misalnya, saat aku menyadari selembar daun jatuh di depanku, kesadaranku itu merupakan sebuah keadaan dari monad yang mencerminkan keadaan monad-monad lain yang bersama-sama mengidentifikasikan “daun”, sedemikian rupa sehingga dari sudut pandang kesadaranku yang kacau, daun itu kusadari dalam keadaan “jatuh”.
Kalau dunia dan kesadaran adalah monad-monad yang terisolasi satu sama lain, bagaiman menjelaskan gejala adanya ketertaturan dan hubungan timbal balik. Leibniz menjawab adanya Allah pada saat penciptaan mengadakan keselarasan yang ditetapkan sebelumnya di antara monad-monad. Jadi, meskipun monad-monad memiliki momentumnya sendiri-sendiri, mereka toh cocok satu sama lain,s ehingga menimbulkan ilusi bahewa mereka berinteraksi satu sama lain. Misalnya, air yang ditetapkan di atas api menjadi panas bukan karena api, melainkan monad air, api danpanas bersesuaian satu sama lain. Allah, si tukang arloji itu, telah menetapkan bahwa peristiwa yang terjadi pada monad lain. Jadi, hubungan timbal balik di antara monad-monad hanya kelihatannya ada. Lalu apakah Allah itu? Dalam pemikiran Leibniz Allah juga monad, tetapi bukan sembarang monad, melainkan monad purba yang merupakan aktivitas murni, actus purus.
Sumbangan sistem monadologi adalah penghargaan terhadap bagian-bagian alam semesta ini di mana bagian-bagian ini mempunyai keterkaitan satu sama lain, terutama dalam menciptakan suatu keadaan terhadap realitas alam semesta ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar