Rabu, 25 Februari 2009

kritik David Hume atas Substansi dan kesadaran diri

kritik David Hume atas Substansi dan kesadaran diri

Eddy Suranta

David hume berpendapat bahwa di dalam rasioanlisme diyakini adanya subtansi material di luar kita. John Locke meskipun mulaimempersoalkan pendekatan rasionalistis, tetap mengandaikan adanya substansi dengan membedakan persepsi dan objek. Hume tidak setuju dengan Locke itu. Katanya yang bisa diketahui pikiran hanyalah persepsi, bukanlah objek. Kita tahu bagaimana kaitan antara persepsi dan objek-objek di luar diri kita. Bukti untuk hal itu juga tidak ditemukan secara empiris.

Selanjutnya Hume nberusaha menjelaskan bagaiman kita berpikir bahwa subansi itu ada. Menurutnya, pikiran mengamati ciri-ciri yang senatiasa ada bersama-sama. Imajinasi lalu membuat kesatuan artifisial atas ciri-ciri itu dan pikiran pun mendapat kesan seolah-olah subtansi itu ada. Misalnya, kita menangkap ciri-ciri hitam, kasar, berat, padat yang selalu ada bersama-sama, sehingga pikiran menyimpulkan bahwa “batu” yang memiliki ciri-ciri tetap macam itu ada. Menurut Hume, kesatuan ciri yang kemudian disebut substansi itu hanyalah fiksi saja, khayal. Substansi hanyalah kumpulan persepsi belaka. Kalau objek di luar kita disangsikan adanya, bagaimana dengan kesadaran diri atau “aku”? Di dalam menjawab ini Hume mengambil sikap yang paling skeptis. Berkeley yang tidak percaya akan adanya objek luar masih percaya adanya substansi rohani adalah aku. Akan teapi, Hume juga mempersoalkan adanya substansi rohani itu. Menurutnya, kita ini selalu menerima kesan, idea, dan persepsi, seperti: panas, dingin, berat, senang, sedih, nikmat, dst-- sampai kita mendapat kesan bahwa ada suatu kesatuan ciri yang senantiasa ada bersama-sama dan kita sebut “diriku”. Semua ini, menurut Hume, hanyalah kumpulan persepsi saja. Jikalau persepsi-persepsi itu disingkirkan, kita segera kehilangan “diriku”. Misalnya sewaktu tidur, katanya “diriku” itu tidak ada. Yang paling pasti adalah setelah mati, sebab dengan kematian segala persepsi betul-betul dihancurkan dan dilenyapkan, sehingga membuat “diriku” ini non-entitas (bukan kenyataan).

Tidak ada komentar: