Sabtu, 15 Maret 2008

Individu dan Masyarakat Adalah Kesatuan Erat

COOLEY: INDIVIDU DAN MASYARAKAT ADALAH KESATUAN ERAT

Sumber : K.J. Veerger, Realitas Sosial, Jakarta: Gramedia, 1985.

Eddy Suranta

1. Permasalahan
Sejak awal para sosiolog mempunyai pandangan yang berbeda tentang individu dan masyarakat. Beberapa sosiolog memandang adanya wujud atau realitas sendiri dalam masyarakat. Individu hidup untuk masyarakat. Pandangan ini disebut organisisme. Sosiolog lain memandang bahwa masyarakat itu bersifat individualistis. Masyarakat adalah kumpulan individu-individu. Otonomi individu merupakan nilai yang paling penting. Pandangan ini disebut mekanisisme.
Para sosiolog ini memegang teguh pandangan mereka. Mereka tidak melihat adanya relasi antara individu dan masyarakat. Pada akhir abad kesembilan belas beberapa sosiolog menggumuli masalah relasi individu-masyarakat dan mereka memandang bahwa ada relasi timbal balik antara individu dan masyarakat. Charles Horton Cooley (1864-1929), warga Amerika Serikat adalah salah satu sosiolog yang melihat adanya relasi masyarakat dan individu.

2. Pembahasan
Cooley berpandangan bahwa masyarakat dan individu bukan dua realitas yang terpisah, melainkan dua sisi dari realitas yang satu dan sama. Keduanya adalah bagaikan kedua sisi keping uang. Realitas tunggal itu adalah hidup manusia. Hidup itu dapat dipandang dari segi individualitasnya atau dari segi sosialitasnya. Pembedaan antara individualitas dan sosialitasnya dilakukan oleh akal budi manusia. Dalam pikiran, manusia bersifat mendua sedangkan dalam kenyataannya hidup manusia tidak mendua. Individu dan masyarakat saling menghidupi dan saling bergantung sehingga yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lain. Dengan kata lain, di luar masyarakat, individu tidak mempunyai eksistensi sebagai manusia, sama seperti di luar individu-individu tidak ada masyarakat.
• Alam pikiran bersifat sosial
Alam pikiran manusia menerima isinya dari orang lain. Proses perkembangan kepribadian disebabkan oleh pengalaman dan kontak dengan orang lain. Pada awal hidupnya kesadaran anak kecil masih dalam keadaan melebur menjadi satu dengan lingkungannya, yang dialaminya sebagai arus gambar-gambar atau sumber perangsang entah menyenangkan atau tidak. Akan tetapi gambar atau perangsang itu belum digolongkan ke dalam kategori-kategori yang berbeda.
Proses diferensiasi ini membutuhkan waktu yang lama. Bayi yang baru lahir misalnya sama sekali asosial dan tanpa kebudayaan. Proses diferensiasi bagi bayi ini dapat dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama, ia mulai memperhatikan bahwa makhluk hidup berubah terus sedangkan benda mati tetap sama dan kurang menarik. Menurut Cooley, mata orang yang hidup memainkan peranan penting.
Tahap kedua, setelah anak berumur satu tahun, ia mampu membedakan antara manusia dan bukan manusia. Akan tetapi pada saat itu ia belum mampu membedakan antara “aku” (ego) dengan “kamu” (alter). Belum ada kesadaran akan identitas pribadi. Pengertian akan “diri aku” akan muncul setelah adanya kontak sosial khususnya dalam situasi konflik.
Pada tahap ketiga, situasi konflik, interaksi, dan kontak sosial dengan orang lain membantu dia menyadari identitasnya. Ia belajar tentang siapakah dia, misalnya dia anak laki-laki atau perempuan. Orang lain dan masyarakat mengatakan kepada “aku baru” itu bahwa ia mempunyai identitas. Lingkungan sosial memberi isi konkret kepada kepribadian dan identitasnya. Sepanjang proses ini “diri aku” dan masyarakat lahir bersama sebagai anak kembar.
Ajaran cooley bahwa perkembangan seluruh alam pikiran anak merupakan proses sosial, diterima dimana-mana oleh sosiologi. Cooley mengumpamakan masyarakat sebagai sebuah looking glass (kaca cermin) yang dipakai oleh orang untuk mengenal siapa dia. Sebagaimana tanpa cermin orang tidak mengenal raut mukanya, demikian juga tanpa masyarakat orang tidak mengenal identitasnya.
• Masyarakat bersifat mental
Masyarakat bagi Cooley adalah sebagai coherence of minds yaitu suatu kebersamaan dan kebersatuan antara banyak alam pikiran yang pada dasarnya searah. Menurut dia, masyarakat ada di dalam kepala para anggotanya dengan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan strukturnya.
Hakekat kehidupan sosial adalah corak mentalnya. Ide-ide menembus ke dalam semua bidang kehidupannya. Di sinilah perbedaan antara perilaku manusia dan binatang. Perilaku manusia berasal dari pikiran dan dilatarbelakangi oleh suatu alam pikiran. Alam pikiran sosial itu telah dibentuk di dalam suasana akrab “kelompok primer.”
Teori Cooley, yang bertitik tolak dari intersubyektivitas manusia menempati kedudukan tengah antara pandangan organisisme dan mekanisme. Di satu pihak masyarakat adalah realitas dan bukan istilah saja, di lain pihak tempat temu masyarakat harus dicari pertama-tama di alam pikiran individu-individu. Tiap-tiap individu membawa dalam kepalanya gambaran dan ide tentang siapakah dia dan orang lain.
Interaksi lahiriah yang berlangsung dalam hidup sehari-hari, mengungkapkan interaksi antara pengertian-pengertian di dalam kepala tiap-tiap orang. Jadi masyarakat bersifat mental. Kelakuan orang ditentukan oleh ide-ide mereka tentang diri mereka dan tentang orang lain.

3. Kesimpulan
1. Cooley memberi pandangan bahwa individu dan masyarakat merupakan kesatuan yang erat dan tidak terpisahkan. Pandangan ini merupakan jalan tengah antara pandangan organisisme dan mekanisisme.
2. Alam pikiran manusia bersifat sosial. Proses perkembangan kepribadian berkembang lewat kontak dengan orang lain. Proses ini melalui tiga tahap. Cooley mengumpamakan masyarakat sebagai looking glass (kaca cermin).
3. Masyarakat bersifat mental. Interaksi lahiriah merupakan ungkapan interaksi pengertian-pengertian di dalam kepala tiap-tiap orang tentang diri mereka dan tentang orang lain.
4. Sebagai kritik, pandangan Cooley mempunyai kekurangan karena memandang manusia seolah-olah pikirannya saja. Padahal manusia adalah pikiran dan tubuhnya.

4. Refleksi
Tidak dapat dipungkiri bahwa arus globalisasi sudah menerpa masyarakat kita. Salah satu pengaruh globalisasi dalam masyarakat Indonesia adalah munculnya semangat individualistis. Hal ini sangat terasa pada masyarakat kita, khususnya pada masyarakat kota.
Munculnya individualisme ini membawa perubahan atas nilai-nilai yang dihayati masyarakat Indonesia yakni nilai-nilai kekeluargaan (kebersamaan). Orang semakin individual dan mengarah pada egoisme. Nilai-nilai kebersamaan mulai hilang. Orang mulai menganggap individu yang terpenting sehingga penghargaan terhadap orang lain mulai luntur. Ini tentu kurang cocok dengan budaya kita yang kental dengan penghargaan terhadap orang lain.
Pemikiran Cooley tentang kesatuan erat antara individu dan masyarakat dapat menjadi jalan tengah atas situasi ini agar masyarakat Indonesia tidak tercabut dari akar budayanya yang kental dengan nilai-nilai kebersamaan (kekeluargaan).

Tidak ada komentar: